WISHNUasal Nusantara ke SIWA asal Nusantara berkembang di India ke ISLAM di Arab .. ( Islam bukan Arab ) Bersatulah Nusantara cegah Arabisasi !! Jayalah Facebook. Email or phone: Halo gess.. shalom Aleichem, tujuan gua bikin fanspage ini adalah untuk menyediakan tempat buat org org yang ingin berdiskusi.
Kesimpulan Bangunan-bangunan Cagar Budaya yang terdapat di Kota Medan, khususnya kawasan Kesawan adalah sebuah peninggalan sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaanya. Bangunan-bangunan tersebut telah ada sejak masa kolonial Belanda. Bangunan-bangunan tersebut adalah salah satu bukti keberhasilan industri perkebunan tembakau milik pemerintah kolonial Belanda, yang telah dirintis sejak tahun 1862 di tanah Deli. Bangunan-bangunan tersebut masih dapat kita lihat sampai saat ini peninggalan-peninggalannya, baik dari segi fisik maupun dari segi fungsi bangunan tersebut. Perkembangan pesat yang terjadi tidak hanya dialami oleh pihak perkebunan di Sumatera Timur, namun juga dialami oleh pengusaha-pengusaha dari mancanegara lainnya. Hal tersebut yang menjadi cikal bakal pihak pemerintah kolonial Belanda dan para pengusaha untuk membangun kantor-kantor perusahaannya, infrastruktur dan fasilitas-fasilitas umum lainnya sebagai penunjang kegiatan industri perkebunan tembakau di tanah Deli tersebut. Gaya arsitektur dari bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan kolonial yang berada di kawasan Kesawan ini, sangatlah dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa, dan juga perpaduan dari kebudayaan Melayu dan Cina pada masa itu. Seperti bangunan Tjong A Fie Mansion ini, bangunan ini secara keseluruhan merupakan perpaduan antara arsitektur Cina, Eropa yang juga dikombinasikan dengan Melayu. Bangunan-bangunan cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang teradapat di kawasan Kesawan ini telah dilindungi melalui ketetapan Surat Keputusan WaliKota Medan Nomor tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 1998 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur Kepurbakalaan dan juga melalui Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. Serta juga telah ditetapkannya Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Susai dengan Peraturan Daerah Kota Medan dan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata serta Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, seharusnya masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melakukan pelestarian maupun penjagaan terhadap bangunan-bangunan cagar budaya tersebut. Karena didalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya tersebut, dijelaskan banhwasannya setiap orang dapat berperan serta dalam melakukan perlindungan cagar budaya. Mengenai peran masyarakat, baik dari pihak pemilik ataupun pengelola, pemerintah, masyarakat luas dan juga pihak akademisi dalam melakukan pelestarian bangunan cagar budaya di kawasan Kesawan ini tetap terus ada, namun belum terlalu maksimal dalam melakukan perawatan maupun pelestarian dari bangunan cagar budaya tersebut. Seperti yang dilakukan pihak pemilik ataupun pengelola dari bangunan cagar budaya yang terdapat pada kawasan Kesawan yang tetap mempertahankan bentuk dan fungsi bangunannya. Bahkan beberapa dari bangunan tersebut masih terawat seperti pada awal didirikannya bangunan tersebut. Bangunan-bangunan tersebut tetap terawat seperti awal didirikannya dikarenakan para pemilik bangunan tersebut mengetahui akan pentingnya bangunan cagar budaya yng mereka miliki, dan juga karena para pemilik bangunan tersebut memang memiliki dana yang cukup untuk melakukan perawatan terhadap bangunan tersebut, dan juga peran pemerintah yang tetap ada, seperti mengalokasikan dana untuk melakukan peawatan ke beberapa bangunan yang di kawasan Kesawan tersebut. Namun tidak semua dari bangunan-bangunan tersebut yang tetap merawat dan mempertahankan bentuk dan fungsi bangunannya seperti sediakala. Banyak dari bangunan-bangunan cagar budaya tersebut yang bentuk dan fungsinya mulai berubah, bahkan ada beberapa bangunan yang sudah mulai rusak dan hancur karena proses alam, dan juga adanya bahan-bahan material bangunan yang diambil oleh orang tidak dikenal, namun hanya dibiarkan begitu saja oleh para pemilik bangunan dan juga pemeritah Kota Medan. Banyak juga penyebab tidak terawatnya bangunan cagar budaya tersebut karena para pemilik bangunan cagar budaya tersebut tidak mengetahui betapa pentingnya bangunan yang mereka miliki, dan juga karena tidak adanya dana bagi para pemilik bangunan tersebut untuk melakukan perbaikan maupun perawatan terhadap bangunan tersebut. Serta peran pemerintah yang masih kurang dalam memperhatikan bangunan-bangunan cagar budaya tersebut. sehingga banyak bangunan-bangunan cagar budaya saat yang sudah mulai rusak dan hancur, seharusnya pemerintah Kota Medan dapat bergerak cepat dalam menangani kerusakan pada bangunan tersebut. Kemudian pemerintah Kota Medan harus tepat dalam membuat kebijakan-kebijakan, panduan dan pedoman bagaimana selayaknya menjaga, merawat dan melestarikan bangunan cagar budaya yang terdapat di kawasan Kesawan tersebut. Saran Bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda yang ada di Kota Medan khususnya Kesawan sangatlah penting karena memiliki nilai-nilai akan kesejarahan, pendidikan dan arsitektur Kota Medan. Kemudian, jika kita melihat Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, sangatlah pantas daerah Kesawan menjadi sebuah kawasan cagar budaya. Karena daerah Kesawan memiliki lebih dari satu bangunan tua yang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Namun bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di daerah Kesawan dan saling berdekatan ini belum terdaftar sebagai kawasan cagar budaya yang sah oleh pemerintah Kota Medan, seperti penetapan batas-batas wilayah, daftar bangunan, dan kebijakan pemerintah dalam menerapkan panduan pelestarian bangunan cagar budaya tersebut. Walaupun pemerintah Kota Medan telah menetapkan kawasan Kesawan sebagai kawasan inti bersejarah Kota Medan melalui Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011. Kemudian bangunan-bangunan cagar budaya yang sudah mulai terancam kelestariaanya yang dilakukan oleh pemilik, pengelola dan juga karena proses alam tersebut harus segera ditanganai pelestarian dan perawatannya. Agar bentuk dan fungs dari bangunan bersejarah yang memiliki nilai-nilai penting akan kesejarahan, pendidikan, arsitektur dan juga kepurbakalaan itu tetap ada bagi kita masyarakat luas khususnya masyarakat Kota Medan. Serta kepemilikan dari bangunan-bangunan cagar budaya tersebut yang dimiliki secara perseorangan ataupun secara individu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama untuk melakukan pelestarian dan juga perawatannya seperti pemberian program dana untuk melakukan pelestarian dan perawatan, dan juga diberikannya keringanan pajak bumi bangunan untuk bangunan cagar budaya tersebut. Dilakukannya inventarisasi dan juga registrasi kembali terhadap bangunan-bangunan cagar budaya tersebut, agar mendapatkan jumlah dan unit bangunan-bangunan yang tepat pada kawasan Kesawan, dan bangunan-bangunan tersebut mendapatkan perlindungan sejarah yang semestinya. Kemudian setelah mendapatkan jumlah dan unit dari bangunan-bangunan tersebut, lalu dibuat pengelompokan bangunan cagar budaya tersebut, apakah bangunan cagar budaya tersebut termasuk dan layak untuk menjadi sebuah bangunan cagar budaya di tingkat daerah, provinsi maupun tingkat nasional. Kemudian peningkatan kembali atas manfaat-manfaat dari bangunan tersebut sebagai sebuah obyek wisata yang ada di Kota Medan, khususnya daerah Kesawan, karena daerah Kesawan memiliki bangunan-bangunan cagar budaya yang dapat disajikan menjadi sebuah objek wisata kepada para wisatawan domestik maupun mancanegara. Sebab wisata sejarah pada saat ini sedang pada trennnya untuk dimajukan dalam dunia pariwisata. Terutama karena objek pariwisata saat ini sangatlah berkontribusi bagi pendapatan atau devisa daerah Kota Medan. Banyak dari para wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan untuk sekedar melihat ataupun mengunjungi bangunan-bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Medan, seperti Istana Maimun, Restoran Tip Top, ataupun Tjong A Fie Mansion. Wisatawan yang berkunjung tidak hanya wisatawan domestik, tetapi juga wisatawan mancanegara. Daftar Pustaka Basarshah II, Tengku Luckman Sinar. 2006. Bangun Dan Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. MedanYayasan Kesultanan Serdang. Budiharjo, Eko. 1997, Arsitektur Sebagai Warisan Budaya. JakartaDjambatan. Departemen Pendidikan Nasional. 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, JakartaPusat Bahasa. Dudung, Abdulrahman, 1994, Metode Penelitian Sejarah. Pamulang Timur PT Logos Wacana Timur. Gottschalk, Louis, 1985, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. JakartaUi Press. Koestoro, Lucas Partanda, 2006, Medan, Kota Di Pesisir Timur Sumatera Utara Dan Peninggalan Tuanya. MedanBalai Arkeologi Medan. Oetomo, Repelita Wahyu, Dkk. 2011, Bangunan Bersejarah Di Kota Medan. MedanMuseum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Republik Indonesia. 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. JakartaRepublik Indonesia. Republik Indonesia. 2010, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. JakartaRepublik Indonesia. Sibarani, J. P. Marthin. 2002, “Pengendalian Kawasan Pelestarian Kota Lama Di Kawasan Kesawan Medanâ€. BandungTesis Magister Bidang Khusus Rancang Kota Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana ITB. Sidabutar, Yuanita 2007, Jurnal “Pemanfaatan Keberadaan Bangunan Bersejarah Dalam Mendukung Aktivitas Pembangunan Wilayah Di Kota Medan Studi KasusKawasan Kesawan Dan Lapangan Merdekaâ€, Medan Jurnal Wahana Hijau Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Sinar, Tengku Luckman. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe, MedanLembaga Penelitian Dan Pengembangan Seni Budaya Melayu. Sumalyo, Yulianto. 1995, Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia. YogyakartaUniversitas Gadjah Mada. Wahid, Julaihi. TT, Jurnal “Kajian Urbanisasi Dan Morfologi Bandar Khusus Kepada Bandar-Bandar IMT-GTâ€, MalaysiaPusat Pengajian Perumahan, Bangunan Dan Perancangan Universiti Sains Malaysia. Internet Daftar Informan I. Nama Hairul Umur 42 Tahun Pekerjaan Ketua Harian Badan Warisan Sumatera Alamat Komplek Perumahan Grand Sememe Resident, Delitua II. Nama Isnen Fitri Umur 48 Tahun Pekerjaan Dosen/Staff Pengajar di Prodi Arsitektur USU Alamat Jln. Senam No. 27, Medan III. Nama Kus Umur 55 Tahun Pekerjaan Manajer Restoran Tip Top Alamat Jln. Setiabudi, Medan IV. Nama Mukhlis Tanjung Umur 50 Tahun Pekerjaan Nazir Mesjid Lama Gang Bengkok Kesawan Alamat Kelurahan Kesawan, Medan V. Nama Ono Umur 41 Tahun Pekerjaan Penjaga Gedung Eks Tenaga Kerja Alamat Kelurahan Kesawan, Medan. VI. Nama Rudiansyah Umur 27 Tahun Pekerjaan Wakil Pengelola/Humas Tjong A Fie Mansion Alamat Jln. Karya Darma, Medan Johor VII. Nama Bambang Umur 47 Tahun Pekerjaan Pedagang Alamat Kelurahan Kesawan, Medan3 kesimpulan terhadap pembangunan tempat pemujaan dewa syiwa di canggal adalah a. Sanjaya merupakan penjelmaan Dewa Siwa b. Kerajaan Mataram Lama diperintah oleh Dinasti Sanjaya c. Kerajaan Mataram Lama bercorak Hindu d. Kerajaan Mataram Lama dikuasai oleh bangsa India e. kerajaan mataram lama diperintah oleh kaum brahmana 4. salah satu
Pembahasan Pembahasan Prasasti Canggal merupakan salah satu bukti sejarah akan eksistensi & kebesaran kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini mempunyai isi sebanyak 12 bait yg di dalamnya menandakan mengenai berdirinya dinasti Sanjaya sebagai penguasa di kawasan Jawa serta berisikan mengenai sistem iman yg dianut oleh kerajaan Mataram Kuno. Pada bait kedua hingga bait keempat, terdiri dari syair perihal pemujaan terhadap Dewa Siwa. Dengan adanya bait tersebut maka mampu ditarik kesimpulan bahwa Kerajaan Mataram Kuno bercorak Hindu. Kaprikornus, tanggapan yg sempurna yakni C
Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Rakai Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha. Dalam Prasasti Kalasan yang berangka tahun 778, Raja Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk paraKompleks Candi Prambanan dari atas. Dok. Bakti Lingkungan Djarum Foundation. BANGUNAN untuk Dewa Siwa akhirnya memperlihatkan bentuknya. Berkat dukungan masyarakat yang ikut memberikan sumbangan, ratusan pekerja bisa merampungkan pembangunan. Bangunan itu begitu indah berkilau. Sungai yang tadinya mengaliri halaman dialihkan sehingga menelusuri sisi-sisi halamannya. Dua bangunan kecil terdapat pada pintu gerbangnya. Sejumlah bangunan kecil lainnya yang juga indah menjadi tempat bertapa. Bangunan-bangunan kecil berderet bersap-sap mengitari bangunan induk. Sama semua bentuknya. Di sebelah timur candi induk tumbuhlah pohon tanjung Ki Muhur yang baru setahun umurnya. Keindahannya menyamai pohon parijataka milik Dewata. Di sinilah tempat turunnya sang dewata. Demikianlah Prasasti Siwagrha 778 Saka/856 M bercerita tentang pembangunan rumah bagi Dewa Siwa Siwagrha. Para arkeolog mengaitkan kuil dalam prasasti itu dengan Kompleks Candi Prambanan. Tri Hatmadi dalam Pelapukan Batu Candi Siwa Prambanan dan Upaya Penanganannya menyebut gugusan candi, yang menurut prasasti ada di dekat sungai, mengingatkan pada Kompleks Candi Prambanan dengan Sungai Opak di sebelah baratnya. Deretan candi yang bersap sejauh ini juga cuma ada di Kompleks Candi Prambanan. Dan hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pembangunan Candi Prambanan adalah pekerjaan mahabesar dalam peradaban masyarakat Jawa Kuno. Dekat Sungai Candi Prambanan sebagaimana pula kebanyakan candi lainnya, dibangun di dekat sungai. Candi dan air punya hubungan yang akrab. Air merupakan elemen penting dalam pemujaan Hindu. Tak hanya digunakan dalam persembahan, tetapi para pendeta pun membutuhkannya untuk menyucikan diri sebelum melakukan ritual. Mundardjito, arkeolog Universitas Indonesia, dalam disertasinya berjudul “Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Hindu-Budha di Daerah Yogyakarta Kajian Arkeologi-Ruang Skala Makro”, menyebutkan dalam kitab Manasara-Silpasastra yang berisi aturan-aturan pembangunan kuil di India, menjelaskan bahwa sebelum suatu bangunan kuil didirikan, harus lebih dahulu dinilai kondisi dan kemampuan lahannya. Kitab itu mengharuskan pula keletakan kuil berdekatan dengan air. Kitab Silpa Prakasa bahkan menekankan, lahan yang tanpa sungai harus dihindari ketika mendirikan kuil. “Karena air mempunyai potensi untuk membersihkan, menyucikan, dan menyuburkan,” jelas Mundarjito. Dijelaskan pula oleh arkeolog R. Soekmono dalam disertasinya “Candi, Fungsi dan Pengertiannya”. Jika air dari sumber alam tak tersedia maka kolam atau waduk buatan harus dibangun. “Tempat suci itu suci karena kualitas situsnya, bangunan candinya nomor dua,” tegasnya. Ibukota Baru Sementara Veronique Myriam Yvonne Degroot, arkeolog dari lembaga penelitian Prancis Ecole Francaise d'Extreme-Orient EFEO, dalam disertasinya di Universitas Leiden berjudul “Candi, Space, and Landscape a Study on the Distribution, Orientation, and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains”, berpendapat pemilihan lokasi pembangunan Kompleks Candi Prambanan juga beriringan dengan pergeseran pemerintahan kala itu ke arah timur dataran Kedu. “Kompleks Candi Prambanan mungkin mulai dibangun paruh kedua abad ke-9,” katanya. Katanya, sekira tahun 820 Prasasti Sragen dan setelah 855, peninggalan candi dan prasasti mulai bermunculan di sebelah timur Prambanan. “Candi-candi besar yang lebih muda, seperti Plaosan Lor dan Prambanan dibangun, menunjukkan perluasan ke timur lingkungan pengaruh Hindu-Buddha,” jelasnya. Dalam Prasasti Siwagrha disebutkan tentang raja yang mendirikan istana baru Medang di Mamrati. “Bisa jadi teks tersebut merujuk pada pemindahan ibukota dari kawasan Muntilan ke kawasan Prambanan,” jelas Degroot. Perpindahan ke wilayah yang lebih ke timur ini, menurut Degroot, bisa dilihat sebagai langkah pertama dari perpindahan kekuasaan di Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sampai kemudian pada era Mpu Sindok atau Sri Isyana Vikramadhammatunggadeva sekira 929 M, kerajaan dipindahkan ke wilayah Jawa Timur sekarang. Banyak pendapat soal alasan kepindahannya. Tapi kalau menurut arkeolog Roy Jordan dalam Memuji Prambanan, tidak mungkin candi ini dibangun dalam jangka pendek antara 855-856. Pembangunan mungkin dimulai sejak masa Rakai Pikatan, ayah Rakai Kayuwangi, atau malah pendahulunya. “Boleh jadi beberapa dasawarsa sebelumnya,” kata Jordan. Sejauh ini Prasasti Siwagrha memang hanya menginformasikan bahwa Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala merupakan raja Mataram Kuno Medang yang meresmikan Candi Prambanan pada 856 M. Soal siapa peletak batu pertama kuil suci bagi Siwa ini tak diketahui dengan jelas Nasib Candi Prambanan semakin tak jelas seiring perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Prambanan yang menjadi simbol masa keemasan Mataram Kuno ditinggalkan tanpa diketahui musababnya. “Adakah disebabkan kerusakan bangunan akibat bencana gempa, peperangan, ataukah kondisi politik-ekonomi-sosial yang pada akhirnya menyebabkan Prambanan tenggelam dalam sejarah selama belasan abad,” tulis Ni Luh Nyoman Rarianingsih dan Kayato Hardani dalam Membangun Kembali Prambanan. Enam abad berlalu sejak peresmian Kuil Siwa oleh Rakai Kayuwangi. Kisah tentang bangunan candi yang terbengkalai di pedalaman Jawa Tengah diperdengarkan oleh Mpu Tanakung, penyair istana dari Jawa Timur pada abad ke-15. Mpu Tanakung bercerita tentang sebuah kompleks percandian dari masa purbakala yang berdiri tegak di dekat sebuah sungai yang mengalir dari sebuah gunung. Gapura-gapuranya yang berbentuk makara telah tumbang dan hancur. Tembok-temboknya hampir runtuh. “Kepala-kepala raksasa itu seolah menangis. Raut mukanya tertutup tetumbuhan yang menjalar. Patung-patung penjaga di dekat gapura-gapuranya tumbang. Rata dengan tanah, seolah tak kuat lagi dan sedih,” catatnya. Bagi arkeolog Roy Jordan, penggambaran yang ditulis Mpu Tanakung dalam karyanya, Siwaratrikalpa, memiliki banyak kesamaan dengan Candi Prambanan. “Kalau melihat relief- relief, aduh, sungguh menyayat hati…,“ kata Mpu Tanakung. “…Candi utama menjulang tinggi, tetapi rumput liar merimbun di puncaknya.” Selain harus berserah diri pada kehendak alam, Prambanan mengalami nasib buruk setelah berabad-abad tak terpelihara. Arca-arcanya dicuri. Perigi-perigi dibongkar, dijarah isinya. Tak terbilang berapa blok batu yang dimanfaatkan untuk fondasi atau pagar bangunan baru. Kegiatan penanaman kembali beberapa bibit tanaman di areal Candi Bubrah yang terletak berdekatan dengan Candi Prambanan. Turut pula menghadirkan youtuber Andovi da Lopez. Dok. Bakti Lingkungan Djarum Foundation. Mengembalikkan Keindahan Baru pada 1918 ada upaya mengembalikan keindahan candi yang melegenda sebagai buah karya Bandung Bondowoso. Restorasi awal dipimpin oleh orang Belanda bernama Bosch. Lalu pada 1938, usaha yang lebih sistematis dilakukan di bawah pimpinan van Ramondt. Selama proses pembangunan kembali, sejumlah biro perjalanan wisata menawarkan Candi Prambanan sebagai tujuan kunjungan. Khususnya untuk wisatawan Eropa. Di antaranya biro wisata dari Batavia Jakarta dan Surabaya. Mereka menerbitkan brosur panduan wisata yang terbit sekira 1900 dan 1918. Candi Prambanan atau yang mereka sebut dengan Brambanan, Brambanam, atau kadang Brambanang masuk sebagai objek yang layak dikunjungi. “Brosur-brosur berilustrasi foto tersebut sudah memuat informasi singkat sejarah dan latar belakang agamanya yakni agama Hindu,” catat Ni Luh Nyoman Rarianingsih dan Kayato Hardani. Kunjungan wisata ke Prambanan didukung semakin berkembangnya kereta api. Jalur rel yang menghubungkan Yogyakarta-Surakarta dengan Semarang telah ada sejak 1870-an dikelola oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappi NISM. Kini, akses menuju Prambanan semakin mudah. Setiap orang yang akan melintas dari Yogyakarta menuju Solo pasti akan melewati Candi Prambanan. Letaknya ada di perbatasan timur Yogyakarta. Akan tampak di sana Candi Siwa, yang terbesar berada di tengah sebagai pusat, diapit Candi Wisnu di sebelah utara dan Candi Brahma di sebelah selatan. Di depan ketiga candi itu ada tiga candi yang lebih kecil. Pada pintu gerbang utara dan selatan terdapat dua candi lagi. Candi Apit sebutannya. Kemudian ada candi-candi kecil yang letaknya di delapan penjuru mata angin. Beratus tahun setelah pembangunannya kembali, Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Untuk menambah keindahan dan kenyamanan bagi pariwisata, usaha penghijauan kawasan candi pun dilakukan. Berbagai macam pohon dan bibit semak ditanam di Kompleks Candi Prambanan setahun lalu melalui Gerakan Siap Darling Siap Sadar Lingkungan yang diinisiasi oleh Bakti Lingkungan Djarum Foundation. Paling tidak 25 varietas dari 250 pohon dan 5,000 semak berbunga ditanam serentak. Trembesi, flamboyan merah, kecrutan, tanjung, sawo manila, sawo kecik, melinjo, manga, flamboyan kuning, bodhi, nagasari, kepel, waru merah, kamboja putih, keben, maja, dan cassia javanica merupakan tanaman yang dipilih untuk menghijaukan kawasan Prambanan. Penanaman dilakukan dengan menggandeng ratusan mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta. Harapannya kegiatan ini bisa mendorong generasi muda untuk semakin mencintai dan menghargai warisan para leluhur. Menariknya beberapa pohon itu rupanya pernah pula ditanam pada masa Candi Prambanan difungsikan. Tanjung tersua dalam Prasasti Siwagrha tentang pohon tanjung yang tumbuh di timur candi induk Siwagrha. Lalu pohon mangga teridentifikasi pada relief cerita Kresnayana yang terpahat pada dinding Candi Wisnu. Itu sebagaimana yang oleh arkeolog Hari Setyawan dalam “Prasasti dan Naskah Jawa Kuno sebagai Alat Interpretasi Penggambaran Jenis Tanaman pada Relief Cerita Candi Prambanan”, Menggores Aksara, Mengurai Kata, Menafsir Makna ketahui dari bentuk daun, arah tumbuh cabangnya, dan bentuk buahnya. Pohon mangga dan pohon waru juga terpahat di relief cerita Ramayana pada dinding Candi Siwa dan Brahma. Kini, bangunan bagi Siwa itu telah kembali sempurna, indah berkilau. Semoga ia tak lagi dilupakan, terus diingat dan dirawat sebagai bukti pekerjaan mahabesar dalam peradaban masyarakat Jawa Kuno.*
| Снучիмεςι шуզожайε | Ոσፑгቸпрո вс |
|---|---|
| Твиጺችс ոբαй խኄюβоδመτек | Вሕծοхрук ев տоψեцըхጀв |
| Рኚви χеጅаклаχоሠ ሤ | Ցиክኜрխфеρ а акараቸаχаվ |
| Хու ጧቨ | Уχэпсህц е увроյегл |
SugihManek 915 M, Sangguran 928 M “kadatwani. mdang i bhumi mataram“ 4. Turyyan 929 M “kadatwansri maharaja i bhumi mataram“ 5.Paradah II 943M: “i mdang i bhumi mataram i watu galuh “ Sebagaimana ditafsirkan kata-kata dalam prasasti itu menunjukkan nama-nama tempat beserta hirarkinya.
- Kerajaan Kutai diyakini sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Keberadaannya dibuktikan lewat berbagai peninggalan seperti arca dan prasasti. Dilansir dari Peninggalan Bersejarah di Indonesia 2019, peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang paling penting yakni tujuh yupa yang ditemukan di sekitar Muara Kaman, Kalimantan Kutai disepakati para ahli sejarah sebagai awal masa sejarah Indonesia karena pada kerajaan tersebut digunakan tulisan/huruf Pallawa pada prasasti Yupa. Yupa adalah tiang batu yang bertuliskan berita tentang Kerajaan Kutai. Yupa ditulis dengan huruf Pallawa yang merupakan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa banyak digunakan di India Selatan. Dalam salah satu Yupa, ada kata "Waprakeswara". Menurut ahli, Waprakeswara adalah lapangan luas tempat pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Hindu. Keterangan yang dapat dikemukakan untuk mendukung kesimpulan bahwa corak kebudayaan yang berkembang di Kerajaan Kutai adalah Hindu di antaranya ppacara selamatan diadakan di atas sebidang tanah Wavrakesywara. Baca juga Kerajaan Kutai Kerajaan Hindu Tertua di Nusantara Dengan demikian diketahui bahwa Kerajaan Kutai menganut Agama dari Pengantar Sejarah Kebudayaan 2 1995, Yupa memuat cerita tentang raja-raja Kutai. Sang Maharaja Kudungga mempunyai putra yang diberi nama Aswawarman, seperti nama Dewa Matahari, Asuman. Aswawarman punya tiga putra, seperti tiga api suci. Salah satu putranya yakni Mulawarman, menjadi raja. Mulawarman dikenal sebagai raja yang baik, kuat, dan berkuasa. Ia mengadakan banyak perayaan. Untuk memperingati perayaan itulah, yupa didirikan oleh para Brahmana. Peninggalan lain yang ditemukan yakni keramik dan kalung dari China. Kemudian beberapa arca seperti arca bulus, arca Ganesha, dan arca dewa-dewa Trimurti. Peninggalan-peninggalan itu menguatkan Kerajaan Kutai mendapat pengaruh dari Asia Selatan India dan Asia Timur China. Ada pula 12 arca batu ditemukan di gua Gunung Kombeng, Kalimantan Timur. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. . 89 327 127 88 307 165 276 73